Jumat, 20 Januari 2017

Semarang, 12 Januari 2017


Siang ini pukul 11.31 WIB, saya menerima sebuah pesan melalui whatsapp dari ayah saya. Beliau memberitahu sebuah kabar mengenai surat pindah kerja yang telah ia ajukan enam bulan lalu dan hari ini persetujuan kepindahan tersebut tiba juga dan nama ayah saya tertera disana, yang berarti dalam bulan ini ayah saya akan segera mengemas dan mengirim barang-barang dirumah lama saya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah untuk dikirim ke rumah baru saya di Jawa Tengah.

Jujur saja, saya merasa bingung. Saya bingung harus bahagia karena sebentar lagi keluarga kecil saya akan segera kembali berkumpul atau saya harus sedih karena akan benar-benar meninggalkan comfort zone saya di Pulau Borneo itu yang sudah menjadi bagian dalam hidup saya selama ±15 tahun saya tinggal dan menetap disana. 

Jujur saja, saya cenderung merasa sedih karena saya akan benar-benar pergi dari kota kecil yang menyimpan begitu banyak menyimpan kenangan untuk saya. Terlalu sulit rasanya untuk pergi dari comfort zone. Terlebih, entah mengapa alasan paling kuat yang membuat saya sedih karena harus pindah dari kota itu adalah teman-teman saya. Mereka sudah menjadi bagian terbesar dalam kehidupan saya selama belasan tahun saya tinggal disana. Karena, bisa kalian bayangkan bahwa hari-hari saya selama disana tentu saja diisi dengan bersekolah dan bertemu teman-teman. Sejak pertama kali menginjak bangku sekolah, saya sudah bertemu teman-teman yang menyenangkan dan karena saya tinggal di kota kecil sehingga kemungkinan untuk bertemu orang-orang yang sama pada jenjang pendidikan berikutnya seperti saat SD dan SMP tentu saja sangat berpotensi tinggi. 

Bahkan, ketika SMA saya harus merantau pergi dari kota kecil itu untuk bersekolah di ibukota Jawa Tengah, saya masih merasa sedih karena tidak bisa kembali bersekolah di sekolah yang sama dengan teman-teman lama saya, meskipun setiap liburan semester saya akan selalu menyempatkan untuk kembali pulang kesana dan kembali bertemu teman lama saya.

Tapi, untuk yang satu ini, saya tidak bisa jika tidak menitikkan airmata. Saya merasa meninggalkan sebagian jiwa saya di kota kecil itu bersama kenangan-kenangan lama yang tertinggal disana. Ada perasaan yang mengiris saat tahu saya akan benar-benar pergi dan entah kapan—atau mungkin—saya tidak akan kembali lagi kesana.


Selamat tinggal, kawan! Sampai bertemu lagi saat nanti—mungkin—kita sudah menjadi mahasiswa/mahasiswi atau suatu saat nanti saat kita sudah sukses dan memiliki karier yang bagus, atau mungkin kapanpun itu saat Allah menggariskan kita untuk bertemu, kita pasti akan bertemu.



See you when I see you again ♥

My own little world . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates